Bisakah Manusia Hidup di Air?
Info Viral: Manusia biasanya hidup di darat dan menghirup oksigen bebas di udara. Namun, bisakah kita hidup dan bernapas di bawah air seperti Namor di film “Black Panther: Wakanda Forever”?
Namor adalah pemimpin kerajaan Talokan. Dia anti-hero di Marvel Cinematic Universe yang kekuatannya luar biasa bahkan dibandingkan Black Panther milik T’Challa.
Sebagai setengah manusia Atlantis, dia bisa bernafas di laut melalui insang di belakang telinganya, beradaptasi langsung ke darat tanpa mengurangi kekuatan supernya, sehingga dia bisa terbang dengan bantuan sayap kecil di kakinya.
Black Panther: Wakanda Forever, Nasib Wakanda Usai ditinggal Mati Sang Raja
Satuviral
Masalahnya, ‘fase’ orang biasa tidak seperti ini. Saat memasuki air, tubuh manusia mulai secara refleks menyesuaikan diri dalam hitungan detik.
Perlahan, manusia merespons dengan memperlambat detak jantung, menyempitkan pembuluh darah, mengalihkan darah ke organ vital, dan limpa perlahan berkontraksi, melepaskan cadangan sel darah merah beroksigen ke dalam aliran darah.
Respons ini adalah cara tubuh memperpanjang waktu manusia dapat bergerak tanpa terengah-engah. Sebuah studi baru menujukkan, manusia hanya dapat bertahan hidup di bawah air untuk waktu yang sangat terbatas, sebuah studi baru menunjukkan.
Ada Contoh Perubahan Genetik
Bahkan, ada contoh perubahan genetik pada beberapa orang yang tinggal di Asia Tenggara, seperti suku Bajo. Bentuknya, mereka memiliki limpa dengan ukuran berbeda yang meningkatkan kemampuan menahan napas.
Studi baru berfokus pada apa yang sering disebut penduduk setempat sebagai “pengembara laut”, yang tinggal di antara pulau-pulau dan garis pantai Asia Tenggara.
“Biasanya, mereka tinggal di rumah perahu dan hanya sesekali datang ke darat,” kata Melissa Irador, seorang peneliti postdoctoral di University of Utah dikutip oleh Scientific American.
Letitia Wright Ungkap Kecelakaan Hebat di Syuting Black Panther 2
Satuviral
Uji hidup di bawah air
Untuk memahami bagaimana tubuh dan pikiran bereaksi ketika tinggal di bawah air, John Clarke, Direktur Ilmiah untuk Unit Penyelaman Eksperimental Angkatan Laut AS, menyelidiki efek penyelaman sedalam 457,2 meter.
Ada banyak teori tentang efek hidup di bawah air pada manusia, tetapi banyak di antaranya kontroversial atau bahkan tidak terbukti oleh orang yang telah mempelajari dan mengalaminya.
Menurutnya, penyakit terbesar yang terjadi pada ekspedisi bawah air adalah apa yang disebut oleh beberapa aquanaut sebagai “creeping crud”.
Hal ini menyebabkan jerawat dan ruam saat dia buang air kecil dengan pakaian selamnya. Efek ini terjadi karena manusia menghabiskan terlalu banyak waktu di dalam air yang membuat kulit jenuh.
You must be logged in to post a comment.