Wednesday, March 22, 2023
- Advertisement -
HomeHealthMasih Percaya Cinta pada Pandangan Pertama? Bisa Jadi Cuma Nafsu!

Viral: Masih Percaya Cinta pada Pandangan Pertama? Bisa Jadi Cuma Nafsu!

Bisa Jadi Cuma Nafsu!

Info Viral: Cinta pada pandangan pertama sering banget dikaitkan dengan alasan seseorang ketika menyatakan perasaan terhadap lawan jenisnya.

Sampai saat ini, masih banyak yang bertanya-tanya tentang kebenaran tersebut. Apakah cinta pada pandangan pertama benar-benar ada?

Menurut Eric Ryden, psikolog klinis dan terapis pasangan Inggris, cinta pada pandangan pertama hanyalah nafsu.

Soalnya, saat seseorang sedang jatuh cinta, berbagai hormon mengelilingi tubuh dan mengaktifkan area otak yang terkait dengan perilaku adiktif.

“Cinta pada pandangan pertama memanglah memabukkan dan indah, namun tidak bertahan lama,” katanya, Kamis (16/2).

Terlebih, cinta adalah perasaan yang tumbuh setelah suatu hubungan dan akan datang seiring waktu. Pada saat itu, di mana individu dapat menemukan atribut, nilai, dan keterampilan yang dimiliki pasangannya.

Cinta pada Pandangan Pertama Bisa Jadi Cuma Nafsu - Satuviral – SATUVIRAL

Gampang Capek? Mungkin karena Kebiasaan Ini

Satuviral

Info viral ini dibuktikan pula dengan penelitian yang dilakukan oleh tim ilmuwan dari Rutgers University, New Jersey, bahwa cinta dapat dibagi menjadi tiga faktor, yaitu nafsu, keterikatan, dan kemelakatan. Ketiganya saling terhubung satu sama lain untuk memperkuat jalinan asmara pasangan.

Studi tim ilmuwan diterbitkan pada tahun 2016 oleh Indian Journal of Endocrinology and Metabolism. Meski terdiri dari tiga faktor, proses jatuh cinta ternyata merupakan hal lain yang terjadi di otak.

Kata Ahli Soal Cinta Pandangan Pertama

Cinta muncul karena proses mediasi jalur neurotransmitter di otak manusia. Neurotransmitter adalah senyawa organik endogen yang mengirimkan sinyal antar neuron di otak.

Misalnya amigdala, atau area otak yang mengatur suasana hati, menghasilkan hormon testosteron dan estrogen. Keduanya bertanggung jawab atas hasrat dan daya tarik yang ditentukan oleh pusat stres dan penghargaan, nukleus accumbens dan ventral tegmentum.

Selain itu, elemen neurotransmitter dopamin, norepinefrin, dan kortisol terlibat saat seseorang merasa tertarik pada seseorang. Ketika proses “perlekatan” terjadi, senyawa oksitosin dan vasopresin memberikan efek yang lebih besar daripada senyawa lainnya.

Advertisement

Find us on Social Media

- Advertisement -

Popular Categories

Ads on Satuviral

- Advertisement -

Ads on Satuviral

- Advertisement -

Ads on Satuviral

- Advertisement -